Pletak … Pletik
Nada tirta sapa alam
Julurkan tangan-tangan Tuhan
Sampaikan kegundahan
Alunan jangkrik menggeliat tajam
Meraung, menerawang, menerjang derai hujan
Aku berdiri, menatap
Aku berasa
Aku beriak
Menonggak euphoria semesta
Harapku Tuhan tetap bersahabat
Denganku, dengamu, dengan alam
Tanpa batas
By : Masnatus Saa’dah
SMP Darus Sholihin
Adaku
Kau hadir
Menerawangkanku ke tempat ada
Menerawangkanku memenuhi imaji
Yang mungkin sekedar imaji
Hingga aku berada
Kau hadir
Tawarkan rasa
Untuk mengada bersamamu
Jika aku diberi wakttu ‘tuk bertanya
Sampai kapan aku berada
Anatar adamu adaku
Jika aku diberi waktu
Aku minta
Kau kembalikan aku
Ke tempat adaku
By : Masnatus Saa’dah
SMP Darus Sholihin
Riasauku Risaumu
Risaukurisaumu
Risaukurisaumu
Risaukurisaumu
Risaukurisaumu
Risaukurisaumu
Risau kita
Risaukurisaumu
Risau kita bersama
By : Masnatus Saa’dah
SMP Darus Sholihin
Antara Batu dan Selekta
Kususuri jalanan
Dari Batu …
Menuju Selekta …
Bentangan alam hijau
Aneka warna bunga
Menyejukkan kalbu
Kupandangi wajah-wajah sumringah
Menyapaku ramah
Tergugah sebuah asa
Teruslah kau ada
Memberi jiwa
Kepada semua
Peduli sesama
Peduli semesta
Antara Batu dan Selekta
Tebarkan di mana-mana
Atimah N.
SMP Taman Siswa
Bias
Dalam kelam kabut
Sesosok tubuh
Menyejukkan langkah
Pasti …
Mencoba menyibak kelamnya
Semua tertawa
Nanar dia …
Menggigil dia …
Berlari dia …
Tak peduli
Kabut kan kusibak
Atimah N.
SMP Taman Siswa
Pelabuhanku
Aku berlabuh bukan pada yang salah
Namun kepalaku bersandar tepat
Tali temaliku terikat kuat
Takkan lepas diterpa ombak
Semakin hari semakin menantang
Hidupku penuh dengan buaian
Sesekali duri menancap
Tak takut kau menghadapi
Pasti kan ada yang mencabut
Pasti kan ada yang mencabut
Ku tak pernah ragu
Akan semua itu
Ternyata kapalku tangguh
Hidupku tak rapuh
Harapku kuat
Tuk bertahan … hidup
Nurul Ch.
MTs. Hasyim Ashari
Untaian Bunda
Tuk sampai garis finish anakku
Tak harus engkau berlari
Berjalan mantap penuh semangat
Singkirlah langkah
Optimislah anakku
Aral yang kau lewati
Do’a Bunda
Usahaku anakku
Suksesmu menanti
Nurul Ch.
MTs. Hasyim Ashari
MENDUNG
Mendung bergelayut di atas pemandian selekta
Walau hujan telah membasahi seluruh wilayah
Yang memang tak pernah kering oleh air hujan
Genangan air di sana sini
Membuat orang enggan beranjak
Suara nyanyian hewan pepohonan
Bekukan jiwa, bisu, sunyi menerawang
Masa lalu
Pucuk asmara terdiam asyik
Menikam dinginnya udara siang itu
Butir-butir air di dedaunan
Menambah kebekuan jiwa
Kebekuan, kebisuan, kesunyian
Segera sirna tatkala mata memandang
Sekeliling tempat wisata ini
Bunga aneka warna membuat hangatnya rasa
Umi Kulsum
SMP PGRI I Batu
Oktober 1984
Bulan ini pertama kali
Aku tunggu kehadiranmu
Detak jantungku semakin kencang
Tatkala tanda-tanda kehadiran
Tlah tiba
Rasa takut, haru, sedih, bahagia jadi satu
Mungkinkah kau akan datang hari ini
Sudah sampailah waktu yang kutunggu-tunggu
Rupanya kau memang sudah tak sabar
Tak sabar tuk jumpa ayah ibu
Tak sabar tuk nikmati dunia fana ini
Aku pun segera ingin dengar tangis pertama
Ya Tuhan …
Kau tlah kabulkan doa-doaku
Kau beri aku bayi laki-laki yang lucu
Yang kau bawa nama keluargaku
Semoga kau kan jadi yang terbaik
Umi Kulsum
SMP PGRI I Batu
Senandung Ceria
Putaran roda dalam gempita
Aral melintang terpadu dalam langkah
Ragu dan takut dalam diri
Akan ilustrasi pahit dan getir
Dalam hidup dan putaran kehidupan
Laju melangkah terus berkubur
Bunga dalam rimbun menunggu dengan setia
Sayatan hati terkoyak dalam sinar
Gelora merekah bersenandung
Roda berputar tertegun berhenti
Bunga bersandar dalam rintik
Bercengkrama kisaran dalam putaran
Cari mencari dalam gayutan
Duduk tertegun sedang termenung
Bertemu dalam buaian kegirangan
Kaki melangkah menuju puncak
Dalam pijakan runput tersenyum
Kulit merinding karena rintihan
Dingin terasa sinar kurasa
Hamparan bersekat
Tertatap, tertumpu, tergeletak
Berserah, berpadu, berhimpit
Senyum merekah sinar terkembang
Atap langit jadi saksi dalam ceria
Pena terukir dalam landasan
Menari gemulai teriring senyuman
Satu gerakan penuh makna
Satu tujuan meraih cita
Dalam dunia anak bangsa
Anna Puji Astuti
SMP Muhammadiyah 8
Pesona Bombay
Cantik …
Aroma wangi bertabur dalam gelap
Pesona gemulai
Berayun …
Menyibak basahnya bumi
Meraih, putih, kuning, hujan
Terpadu …
Berbaur …
Dalam mata
Senyum simpatik
Berkata-kata dalam pandangan
Sentuhan demi sentuhan
Gayung bersambut
Aura madu berasa
Walau lebah tak tentu rimba
Sejauh dalam tatapan
Bening hati
Suci pikiran
Bersimpuh tertegun
Terbuai …
Tautan hati terkoyah
Kecantikanmu menghapus segala
Getir jadi bahagia
Galau tanpa cerita
Kagum …
Takjub …
Terpesona …
Hamparan luas bertajuk India
Anna Puji Astuti
SMP Muhammadiyah 8
DESEMBERKU
Air surgamu
Mensaljuiku d ilembaran hati
Kucium jendela di hati
Harum … indah …
Cerah … permai …
Pancaran hatimu menghanyut
Dalam rekaman mimpi
Kudambakan dirimu
Di sanjungan jiwamu
Kudengar suaramu
Kuisap dengan desemberku
Walaupun dunia dan langit menangis
Kau tetap kupijak
Titik Widayati
SMP Ahmad Yani
DERU HUJAN
Hujan yang mengguyur
Di antara dedaunan
Meski itu harus terjadi
Keindahan …
Kesuburan …
Siang bercampur derunya hujan
Suara hujan yang membuatku …
Tiada henti-hentinya gemuruh suara hujan
Kedinginan … keserpian …
Cemara-cemara terguyur hujan
Menambah kesuburan dan keindahan
Menarik di relung hati
Sepi … hujan … bercampur jadi satu
Titik Widayati
SMP Ahmad Yani
DING DONG
Ojo ding yen gak dong
Ojo dong yen gak ding
Urip kudu imbang
Yo ding yo dong
Ojo mung ding tanpa dong
Ojo mung dong tanpa ding
Ojo ngomong ding
Yen durung dong
Ojo ngomong dong
Yen durung ding
Yuni Purwaningsih
SMP Diponegoro
Haru Biru Tanah Airku
Haru biru tanah
Tangis pilu negeriku bangsaku
Sesak napas bumiku
Ingin muntahkan isi perutmu
Mengapa ooh mengapa
Hutan tak lagi hijau
Desa tak lagi sejuk
Udara tak lagi bersih
Sungai tak lagi mengalir
Niat tak lagi suci
Bencana di mana-mana
Bosankah kita hidup bersama
Inginkah kita hancurkan semua
… bumi Indonesia …
Oooh … lihatlah di sana
Gurat sedih wajah-wajah mereka
Petani tak lagi memanen sawahnya
Nelayan tak lagimengail ikannya
Burung-burung kehilangan tempat singgahnya
Budaya bangsa kehilangan identitasnya
Haru biru tanah airku
Tangis pilu negeriku bangsaku
Sesak napas bumiku
Ingin muntahkan isi perutku
Lupakah kita wahai bangsa
Sumpah dan janji bersama
Tak kan lupa ikatan saudara
Sehidup semati kita bersama
Lihatlah wahai bangsa
Perang saudara di mana-mana
Teman bunuh teman
Saudara serang saudara
Inikah masa berlaku hukum rimba
Haru biru tanah airku
Tangis pilu negeriku bangsaku
Sesak napas bumiku
Ingin muntahkan isi perutku
Yuni Purwaningsih
SMP Diponegoro
Merenda Asa
Kuhadirkan kau di muka bumi
Anakku
Bukan untuk berpangku tangan
Bukan untuk berkacak pinggang
Bukan untuk merajut benang
Bukan untuk melukis bayangan
Bukan untuk menghela napas panjang
Kuhadirkan kau di muka bumi
Anakku …
Dengan sejuta harapan
Tuk menantang masa depan
Menghalau bayangan hitam
Meraih angan-angan
Salahkah jika ibu berharap
Anakku …
Kujadikan kau seorang satria
Tuk selalu menolong sesama
Tak lagi berpangku tangan
Tak lagi berkacak pinggang
Salahkan jika ibu berharap
Anakku …
Kujadikan kau perisai hati
Biar tak lagi kurajut benang
Tanpa harapan
Tak lagi kulukis bayangan
Tanpa makna
Tak lagi kuhela napas panjang
Tanpa melepas angan
Yuni Purwaningsih
SMP Diponegoro
Resahku Lelahku
Resahku
Mengenangnya
Dia di masa lalu
Tak mau lepas dari otak kotorku
Resahku
Inginkannya
Dia di masa lalu
Tuk dampingi hari-hari dalam hidupku
Resahku
Rindukannya
Dia di masa lalu
Tuk hadir di sela-selamu
Lelahku
Menunggumu …
Tuk berubah dari waktu ke waktu
Tuk jadi kekasih idamaku
Maafkanku kekasihku
Ku harus diam tuk tutupi
Resahku, lelahku
Ku masih takut dosa kekasihku
Kuterpaksa diam tuk tutupi
Lelahku menunggumu
Tapi …
Kau takkan lelah menunggu kekasihku
Jadilah kekasih idamanku
Jadilah kau seperti harapku
Jadilah kau seperti hidupku
Jadilah pembimbing hidupku
Ku ingin …
Kaulah penuntun surgaku
Yuni Purwaningsih
SMP Diponegoro
PELANGI ALAM
Warna-warni bunga yang merona
Pucuk-pucuk cemara yang hijau
Kuncup-kuncup kecil yang bermekaran
Adalah napas keindahan yang membentang
Adalah tebaran pelangi yang menghampar
Di atas tanah-tanah basah
Yang takkan tergoyahkan
Oleh deru angin yang kencang
Yang tak jua gentar
Oleh dingin yang mencekam
Yang takkan pernah jengah
Meski guyuran hujan mendekap dalam basah
Koen eka Anty
SMP Muhammadiyah 2
Dalam hujan
Di antara gumpalan awan
Dan titik-titik bisu yang berjatuhan
Menderu bersama kegelisahan
Hujan
Deras
Luruh!
Koen eka Anty
SMP Muhammadiyah 2
Selekta
Gemericik nyayian hujan siang
Bukit bermandikan
Kana menjulang, berayun nikmati
Anugerah Tuhan … hujan
Merah, kuning, putih dihadapanku
Berliku jalan mengular tinggi
Dampingi pepohonan nan hijau
Nyanyian nong keret
Menambah hebohnya air hujan
Di bukit Selektaku
Sri Rahayu
SMP Negeri 3
Galau
Risau hati …
Tak kala dengar nyanyian
Si mungil kecil buah kasihku
Berderai senyum berirama
Pedih berbaur suka ria
Kabar kuterima pada
Sekantong cerita, berita
Galauku, rinduku tertelan
Bersama gelombang riang hati
Hadirnya …
Sang yunior pertamaku
Cucu
Ukiran hatiku
Sri Rahayu
SMP Negeri 3
Tetes-tetes air
Membasahi taman ini
Aroma alami bumi pertiwi
Membawa anganku melayang pergi
Membawa anganku melayang pergi
Ke sela-sela pepohonan nan asri
Seakan di taman surgawi
Pucuk-pucuk cemara menjulang tinggi
Memagari bunga warna-warni
Merah kuning hijau putih bersemi
Menyelimuti taman pegunungan tinggi
Selekta indah batu berseri
Sri Mardiyah utami
SMP Negeri 3
Aku
Dini hari
Malaikat kecil membawaku pergi
Jauh tinggi meninggalkan bumi
Tinggi … tinggi tanpa tepi
Sepi
Tapi aku tahu
Aku tak sendiri
Sunyi …
Tanpa bunyi,
Bukan tiada arti
Neneng, hening, keling
Mengayun jiwa
Melambungkan raga
Menyadurkan rasa
Mengingatkan kita
Betapa kuasa
Pencipta manusia
Sri Mardiyah utami
SMP Negeri 3
Asyik ..... teruslah berkarya wahai GURU BIN Batu
BalasHapus